TUHAN
IZINKAN AKU MENJADI PELACUR
Ini mengisahkan
seorang mahasiswi alim yang juga mantan
aktivis sebuah gerakan Islam dan cerdas bernama Kirani, yang kemudian
tertarik dan masuk menjadi anggota Jemaah, yaitu suatu organisasi rahasia yang
bertujuan menegakkan syariat Islam dengan mendirikan negara Islam di Indonesia.
Kiran awalnya tinggal di Pondok Ki Ageng bersama
seorang sahabatnya yang menjadi teman diskus sekaligus tempat curhat. Di
kampus, Kiran aktif dalam forum kajian yang membahas tentang masalah-masalah
keislaman. Dari forum inilah Kiran mengenal Mas Dahiri, sebuah perkenalan yang
akan mengubah jalan hidup Kiran sama sekali. Bermula dari perkenalan inilah
akhirnya Kiran bergabung dengan jamaah, setelah
menjadi anggota Jemaah, mula-mula Kirani bersemangat melakukan dakwah dan menyumbangkan
dana secara teratur dalam jumlah cukup besar. Dalam jama’ah
ini dihalalkan untuk mendapatkan dana dengan cara apapun, termasuk mencuri, menipu,
bahkan melacur. Sampai ia berani mengajak keluarga
dan teman-teman sekampungnya yang miskin dan
gersang untuk mengikuti jejaknya. Namun
tindakannya ternyata diketahui oleh aparat keamanan yang kemudian memburunya,
sehingga ia dibenci oleh orang sekampungnya dan harus bersembunyi di sebuah
tempat kos selama beberapa bulan.
Meskipun demikian, Kirani harus menghadapi kekecewaan yang semakin
besar, bersama empat
anggota jamaah yang lain dia kabur karena merasakan banyak sekali kejanggalan
dalam jamaahnya tersebut. Kiran kabur dengan membawa berjuta rasa frustasi
kepada jamaah yang telah tiga tahun diikutinya,
karena ternyata anggota Jemaah lainnya tidak melakukan dakwah sebagaimana
dirinya dan hanya bersantai. Rasa frustasi
tersebut, ditambah dengan kekecewaan yang mendalam kepada Tuhan yang selama ini
dipujanya, telah mampu membuat Kiran untuk berbuat hal-hal yang selama ini
tidak pernah dibayangkannya sebelumnya. Sementara
itu sebagai gadis yang cerdas dan bersemangat juang, upayanya untuk membahas strategi
perjuangan, mengetahui luasnya jaringan dan arah serta kondisi organisasi
selalu kandas karena ternyata tidak seorangpun diantara rekan-rekan anggota
jemaah yang tinggal bersamanya atau dikenalnya mengetahui hal tersebut, bahkan
mereka tidak berusaha untuk mengetahuinya serta menegurnya jika ia teralu banyak
bertanya. Setelah tiga tahun, keadaan di atas membuatnya frustrasi. Kirani merasa
imannya, perjuangannya, pengorbanannya selama ini tidak dihargai dengan sepantasnya.
Ia merasa berdosa kepada keluarganya karena selama ini sesuai anjuran Jemaah telah
memberikan banyak dana yang seharusnya untuk hal lain kepada Jemaah. Ia telah
dibenci orang sekampungnya karena mengajak mereka masuk Jemaah. Namun ia tetap
tidak boleh mengetahui apapun tentang organisasi tersebut dan hanya diminta
menjadi anggota dan menunggu serta menunggu tanpa berbuat apa-apa. Setelah
melarikan diri inilah Kirani kemudian mengalami kekecewaanyang sangat, sehingga
ia berontak, dengan menolak semua hal yang dulu diperjuangkannya diJemaah.
Sebaliknya, kini ia mempertanyakan kembali semuanya : agama, Tuhan, standar, moralitas
yang diterima masyarakat sekelilingnya, dan status perempuan. Kiran yang dulu seorang muslimah dengan jilbab lebar dan selalu menyerukan
untuk menegakkan syari’at islam melaan kemaksiatan telah berubah menjadi wanita
jalang yang berkelana dari satu pelukan lelaki ke pelukan lelaki lainnya dan
mengkonsumsi obat terlarang. Sudah tak terhitung berapa lelaki yang juga sesama
aktivis di kemahasiswaan yang telah menikmati tubuh Kiran yang dianggapnya
sudah tak berharga itu. Bahkan, terakhir dia memutuskan untuk mengkomersilkan
tubuhnya dengan bantuan dosennya yang juga anggota DPR sebagai germonya. Dari
jalan hitam yang ditempuhnya tersebut, Kiran merasa puas karena telah bisa
menelanjangi topeng-topeng lelaki yang dari luar tampak terhormat. Mulai dari
aktivis kiri, anggota organisasi Islam, sampai anggota partai yang berbasis
syari’at Islam telah bertekuk lutut di depan kemolekan tubuh yang telah
diciptakan Tuhannya tersebut. Walaupun begitu, dalam petualangan seksnya
tersebut Kiran masih sempat mengikuti training kepemimpinan sebuah orgmas
mahasiswa Islam yang terbilang cukup besar, bahkan dengan berbekal pengetahuan
keagamaan yang luas, dia sampai pada training tingkat dua.